hobirsoleh

This WordPress.com site is the cat’s pajamas

SHOLAT

pada Mei 20, 2012

SHALAT

A. Sejarah Shalat Fardhu

Shalat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya adalah Shalat Malam, yaitu sejak diturunkannyaSuratal-Muzzammil (73) ayat 1-19.  Setelah beberapa lama kemudian, turunlah ayat 20 yang artinya:

Artinya: ” Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dengan turunnya ayat ini, hukum Shalat Malam menjadi sunat. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini, “Sesungguhnya ayat ini menghapus kewajiban Shalat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat Islam”

 

B. Sejarah Solat 5 Waktu

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang diutuskan oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan kebenaran. Tidak seperti umat nabi-nabi yang lain, umat nabi Muhammad telah diperintahkan untuk mengerjakan solat 5 waktu setiap hari. Ini merupakan kelebihan dan anugerah Allah SWT terhadap umat nabi Muhammad dimana solat tersebut akan memberikan perlindungan ketika di hari pembalasan kelak. Berikut diterangkan asal-usul bagaimana setiap solat mula dikerjakan

* Subuh:

 

Manusia pertama yang mengerjakan solat subuh ialah Nabi Adam a.s. iaitu ketika baginda keluar dari syurga lalu diturunkan ke bumi. Perkara pertama yang dilihatnya ialah kegelapan dan baginda berasa takut yang amat sangat. Apabila fajar subuh telah keluar, Nabi Adam a.s. pun bersembahyang dua rakaat. Rakaat pertama: Tanda bersyukur kerana baginda terlepas dari kegelapan malam. Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana siang telah menjelma.

*  Zohor:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Zohor ialah Nabi Ibrahim a.s. iaitu tatkala Allah SWT telah memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s.. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari.

Lalu sujudlah Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat.
Rakaat pertama : Tanda bersyukur bagi penebusan.
Rakaat kedua     : Tanda bersyukur kerana dibukakan dukacitanya dan juga anaknya.
Rakaat ketiga     : Tanda bersyukur dan memohon akan keredhaan Allah SWT.
Rakaat keempat : Tanda bersyukur kerana korbannya digantikan denygan tebusan kibas.

* Asar:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Asar ialah Nabi Yunus a.s. tatkala baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari perut ikan Nun. Ikan Nun telah memuntahkan Nabi Yunus di tepi pantai, sedang ketika itu telah masuk waktu Asar. Maka bersyukurlah Nabi Yunus lalu bersembahyang empat rakaat kerana baginda telah diselamatkan oleh Allah SWT daripada 4 kegelapan yaitu:

Rakaat pertama: Kelam dengan kesalahan.
Rakaat kedua: Kelam dengan air laut.
Rakaat ketiga: Kelam dengan malam.
Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan Nun.

* Maghrib:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Maghrib ialah Nabi Isa a.s. iaitu ketika baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. Bersyukur Nabi Isa, lalu bersembahang tiga rakaat kerana diselamatkan dari kejahilan tersebut iaitu:
Rakaat pertama  : Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa.
Rakaat kedua     : Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya Siti Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.

Rakaat ketiga     : Untuk meyakinkan kaumnya bahawa Tuhan itu hanya satu iaitu Allah SWT semata-mata, tiada dua atau tiganya.

* Isyak:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Isyak ialah Nabi Musa a.s.. Pada ketika itu, Nabi Musa telah tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dadanya penuh dengan perasaan dukacita. Allah SWT menghilangkan semua perasaan dukacitanya itu pada waktu Isyak yang akhir. Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur.

Rakaat pertama  : Tanda dukacita terhadap isterinya.
Rakaat kedua     : Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.
Rakaat ketiga     : Tanda dukacita terhadap Firaun.
Rakaat keempat : Tanda dukacita terhadap anak Firaun.

 

C. Hikmah Shalat

Sholat disyari’atkan sebagai bentuk tanda syukur kepada Allah, untuk menghilangkan dosa-dosa, ungkapan kepatuhan dan merendahkan diri di hadapan Allah, menggunakan anggota badan untuk berbakti kepada-Nya yang dengannya bisa seseorang terbersih dari dosanya dan tersucikan dari kesalahan-kesalahannya dan terajarkan akan ketaatan dan ketundukan.

Allah telah menentukan bahwa sholat merupakan syarat asasi dalam memperkokoh hidayah dan ketakwaan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya dalamsuratAl-baqorah: (1-3)

1. Alif laam miin[10].

2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],

3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka. [10] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. [11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis. [12] Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. [13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu. [14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi’tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya. [15] Shalat menurut bahasa ‘Arab: doa. menurut istilah syara’ ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu’, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. [16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari’atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.

Di samping itu Allah telah mengecualikan orang-orang yang senantiasa memelihara sholatnya dari kebiasaan manusia pada umumnya: berkeluh kesah dan kurang bersyukur, disebutkan dalam fiman-Nya: yang artinya sebagai berikut.

Artinya: “sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat, yang mereka itu tetap mengerjakan sholat.” (QS Al Ma’arij: 19-22).

D. Penetapan Sholat

Diantara sekian banyak bentuk ibadah dalam Islam, sholat adalah yang pertama kali di tetapkan kewajibannya oleh Allah subhanahu wa ta’ala, Nabi menerima perintah dari Allah tentang sholat pada malam mi’raj (perjalanan ke langit) tanpa perantara. Anas berkata: “sholat diwajibkan kepada Nabi sebanyak 50 reka’at pada malam ketika beliau diperjalankan (isra’-mi’raj), kemudian dikurangi hingga menjadi tinggal 5 roka’at kemudian ada yang menyerunya: Wahai Muhammad hal tersebut tidak seperti harapanku namun bagimu yang 5 roka’at itu setara dengan 50 roka’at.”
(Dikeluarkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan An-Nasa’i).

E. Kedudukan Dan Peranan Shalat Dalam Islam

Shalat adalah bentuk ibadah yang luhur sejak dahulu kala, dan syariah yang dimiliki oleh setiap agama pada umumnya. Hampir tidak kita jumpai dalam sejarah agama-agama di dunia ini, suatu agama yang dikenal tanpa mengerjakan shalat.

Sementara itu, sesungguhnya shalat di dalam islam mempunyai keistimewaan khusus yang mengandung berbagai rahasia yang amat tinggi yang semuanya itu tidak dimiliki oleh shalat dalam agama apapun selain islam.

 

F. Kedudukan Shalat Dalam Islam

 

Islam dalam sumber ajarannya Al-Qur’an maupun Sunah amat memperhatikan tentang shalat. Dalam islam shalat merupakan perintah yang diutamakan, merupakan kewajiban yang harus ditunaikan dan sangat diancam bagi yang meniggalkannya. Ia adalah pilar agama, kunci surga, amal yang paling baik dan merupakan perbuatan orang mukmin yang pertama-tama akan dihisab pada hari kiamat nanti. Al-Qur’an telah menuturkan shalat lewat ihwal para rasul dan nabi, dalamgaya dan tema yang beraneka ragam, di antaranya :

  • Lewat doa nabiyullah Al-Khalil Ibrahim ” Ya Tuhanku jadikanlah aku penegak shalat dan juga dari keturunanku!, Ya tuhan kami dan terimalah doaku” (Qs.Ibrahim-40).
  • Pada saat-saat permulaan Allah menurunkan wahyunya kepada nabi  musa, maka shalatlah yang pertama kali diwajibkan dan diperintahkan. “dan aku memilihmu (sebagai utusan-Ku), karena itu perhatikanlah apa yang di wahyukan (yaitu) sesungguhnya Aku ini Allah, tiada Tuhan yang berhak di sembah melainkan Aku, karena itu beribadahlah kepada-Ku dan tegakkan shalat untuk mengingat-Ku” (Qs. Thaha-14).
  • Di saat Allah menyuruh penutup Nabinya Muhammad Saw supaya melakukan shalat, Allah berfirman: ” bacalah apa yang Kuwahyukan kepadamu dari kitab dan tegakkanlah shalat”. (Qs. Al-Ankabut-45)

Demikianlah kedudukan shalat dalam Islam, dan lebih dari pada itu ia adalah ibadah pertama yang diwajibkan atas kaum muslimin. Ia diwajibkan dikotamekkah sekitar 3 tahun sebelum Rasul Saw hijrah ke Madinah. Sedang proses turunnya perintah shalat itu sendiri merupakan bukti lain betapa Allah perhatian terhadapnya. Kalau semua ibadah cukup diperintahkan di bumi, tapi untuk shalat sendiri rasul menjalankan isra’ dan mi’raj, sehingga secara langsung rasul pamungkas ini menghadap kehadirat Allah SWT.

Sebagaimana halnya keadaan negara-negara misalnya, mereka akan memanggil para dutanya yang berada di negara-negara sahabat untuk perkara-perkara penting yang harus diselesaikan, yang tidak cukup hanya lewat perantaraan surat-menyuarat saja. Nabi Muhammad saw adalah sebagai duta Allah  untuk umat manusia di dunia. Jika Allah memanggilnya dan mengangkatnya ke langit yang tinggi, untuk menyampaikan kepadanya tentang kewajiban shalat, jelas hal itu menunjukkan betapa tingginya kedudukan shalat dalam Islam dan betapa pula pentingnya di sisi Allah Swt.

G. Shalat Yang Dimaksud Oleh Islam

 Shalat yang dikehendaki Islam, bukanlah semata-mata sejumlah bacaan yang diucapkan oleh lisan, sejumlah gerakan yang dilakukan oleh anggota badan, tanpa disertai kesadaran akal dan kekhusukan hati. Bukan pula shalat yang dikerjakan seseorang yang di saat sujud bagaikan ayam mematukkan paruhnya, di saat rukuk bagaikan gagak menyambar mangsanya, dan di saat salam bagaikan serigala memalingkan wajahnya. Tapi shalat yang di terima adalah shalat yang terpenuhi ketentuan-ketentuannya, berupa perhatian pikirannya kedudukan hatinya dan kehadiran keagungan Allah, yang maha luhur dan maha mulia seolah-olah berada di hadapan-Nya. Demikian itu karena tujuan pertama dari shalat bahkan juga semua ibadah, adalah agar manusia selalu mengingat Tuhannya yang maha tinggi, tuhan yang telah menciptakan dirinya, lalu menyempurnakannya, telah mengatur kadarnya, lalu memimpinnya. Di dalam al-Qur’an Allah berfiman “dan tegakkanlah shalat untuk mengingatku”.

Ayat tersebut menjelaskan betapa pentingnya kehadiran hati dalam melaksanakan shalat. Dari latar belakang larangan melakukan shalat bagi orang mabuk, terkandung imbauan tentang kehadiran akal dan kesadaran dalam melaksanakan shalat. Sungguh betapa banyak orang yang melakukan shalat ia tidak mengerti apa yang di katakannya dalam shalat. Karena ia telah dimabukkan oleh kebodohan, kelalaian, cinta dunia dan memperturutkan nafsunya.

 

H. Rahasia Pengulang-Ulangannya

 

Shalat memang dikerjakan berulang kali oleh setiap muslim sehari semalam. Allah SWT. Telah mewajibkan shalat atas setiap mukmin, dalam waktu-waktu tertentu yang telah di tetapkan. Mereka diperintah mengerjakanya pada sore dan pagi hari di samping siang dan malam hari. Mereka mengulang-ulanginya sampailimakali dalam sehari  semalam agar shalat itu dapat menjadi tempat mandi bagi jiwa atau ruh dari setiap muslim guna mensucikan hatinya dari noda-noda kelalaiannya dan juga kesalahannya.

Nabi Muhammad Saw. Telah memberi tamsil semacam itu, betapa besar peranan shalat dalam membersihakan noda-noda dosa dan kesalahan. Allah SWT. Telah menciptakan manusia sedemikian rupa  dalam penciptaan yang begitu unik, pada dirinya ada sifat kerohanian malaikat, kesyahwatan binatang di samping kebuasan serigala. Karena itu amat banyak manusia dikalahkan oleh hawa nafsunya, dikuasai oleh emosi kemarahannya, ditundukkan oleh daya tarik debu-debu duniawi, yang mereka ciptakan daripadanya, sehingga mereka terperosok dalam lembah kelalaian dan kesalahan, bahkan tidak sedikit yang justru berkubang di dalamnya. Dilihat dari sisi ini memang tidak mengherankan kalau manusia lalu gampang sekali terlibat dalam kelalaian dan kesalahan. Setiap bani adam  berbuat kesalahan tapi yang tercela apabila ia tetap berlarut-larut dalam kesalahan. Tetap bernapas dalam lumpur padahal ia menyadari hal itu sehingga keadaannya bagaikan binatang atau lebih sesat dari itu. Maka dalam shalatlimawaktu itulah orang yang telah terperosok dalam kesalahan mempunyai kesempatan untuk menyadarinya membersihkan kesalahan dan dosanya, kembali bertobat kepada tuhannya. Benteng rohani inilah yang sanggup melindungi dirinya dari gejolak kerakusannya, syahwatnya dan kelalaiannya terhadap Allah dan kehidupan akhirat. Gejolak kerakusan  dan syahwat adalah bara api yang menyalakan yang menyambar keasadaran nurani dan menghancurkan hati dan pikiran sedang shalat adalah penangkalnya yang dapat memadamkan keganasan api-api tersebut mengusir asapnya serta kegelapan kabutnya dan mencuci bersih segenap bekasnya dari anggota-anggota tubuh manusia. Rasulullah Saw menggambarkan kepada para sahabatnya dengan segala cara yang dapat dipahami tentang peranan shalat dalam menghapus kesalahan-kesalahan yang begitu mudah timbul pada diri manusia baik pagi maupun sore harinya. Pengaruh shalat tidak hanya terbatas pada sektor mensucikan noda dan menghilangkan kesalahan menghapus kejahatan saja akan tetapi, ia mempunyai peranan yang lain. Sesungguhnya shalat itu merupakan lintasan segar penuh berkah. Pada saat yanglimakali terjadi dalam sehari semalam itu manusia dapat melepaskan dirinya dari keterikatan dunia, tanah dan lumpur yang busuk, dunia kebengisan, keganasan, percekcokan dan pertarungan, baik pertarungan yang bersifat sementara ataupun selamanya. Untuk berdiri menghadap kehadirat Allah. Lintasan perjumpaan dengan atasannya yang penuh khusuk itu, dapat meringankan beban bagi pikiran dan jiwa dari ketegangan dan persaingan hidup maupun gejolak nafsu rendah yang tak kunjung puas.

Dengan demikian shalat shalat dapat memberikan santapan rohani berupa imbalan  luhur Ilahi  dalam keberadaan manusia, keberadaan ruh yang hidup diantara anggota-anggota tubuh manusia tidak cukup hanya mendapat berupa ilmu pengetahuan, kebudayaan atau filsafat. Akan  tetapi perlu mendapat santapan berupa ma’rifah, mengenal kepada Allah dan berhubungan derngannya. Shalat yang lima kali itulah meruapakan santapan harian bagi ruh, sebagaimana halnya jasmani memerlukan santapan hariannya maka munajat hamba dengan tuhannya di dalam shalatnya itu merupakan gizi rohani yang menyegarkan hati, melapangkan dada, mengangkat dirinya dari bumi ke langit dan memasukkanya ke hadapan Allah tanpa pintu serta menghadirkannya  berdiri di hadapan-Nya tanpa hijab. Lalu ia berbicara dengannya tanpa juru bahasa ia berbisik kepada-Nya dengan bisikan yang dekat tanpa jarak, ia memohon kepadanya tanpa kerendahan, ia meminta kepada yang maha kaya tanpa kebakhilan, sehingga seolah-olah ruhnya menjadi halus dan jiwanya menjadi bersih. 

 

I. Shalat Dan Sektor Kebersihan

Namun demikian, tidak berarti bahwa shalat dalam islam itu hanya berupa ibadah rohaniah saja tetapi ia juga mengandung unsur kesucian dan kebersihan, unsur kerapian dan keindahan. Allah mensyaratkan agar shalat dikerjakan dengan kesucian, baik badan, pakain, maupun tempat dari segala kotoran yang najis sementara itu, diwajibkan pula bersih dari hadas dengan jalan mandi untuk hadas besar dan wudhu untuk hadas kecil, jadi kunci surga adalah shalat, sedang kunci shalat adalah kesucian. Dalam hal ini Allah berfirman dalam (QS. Al-Maidah: 6)

                        

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.

 [403] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.

[404] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.

Sementara itu Islam menyuruh kapada penganutnya agar menggunakan pakaian yang bagu pada saat melakukan shalat dan memakai harum-haruman pada saat hendak pergi ke masjid di samping busana yang rapi dan bersih. Juga diharapkan untuk menghindari hal-hal yang  dapat  menggangu kesegaran jemaah yang berada di sekitarnya baik berupa bau-bauan yang tidak sedap, maupun pakain yang kotor dan pengap sebagaimana yang telah dimaklumi bahwa rasulullah amat menganjurkan untuk bersih,  bersiwak, menggosok gigi dengan kayu yang berbau harum. Islam juga memerintahkan untuk mandi pada hari jumat serta menganjurkan berpakaian serapi  mungkin dan memakai harum-harumam, jangan seorang muslim pergi ke masjid dengan busana yang dapat menurunkan martabatnya. Demikianlah kebiasaan yang telah dilakukan oleh kaum muslimin pada masa-masa permulaan Islam.

 

J. Shalat Dan Sektor Latihan Jasmani

Shalat telah menanamkan pada si pelakunya, jiwa yang terlatih disamping memperkokoh kesegaran tubuh. Shalat menuntut agar setiap muslim bangun pagi sedini mungkin dan semangat dalam menghadapi tugas-tugas harian sejak menjelang terbitnya matahari. Semua itu, apabila dilaksanakan sesuai dengan tuntutan yang diajarkan oleh rasulullah tentu akan mengungguli latihan dan pendidikan jasmani yang biasa dilakukan oleh para olahragawan masa kini, guna kesegaran dan kekuatan anggota-anggota badan. Rasul telah mengajarkan bahwa berdiri dalam shalat harus dengan tegap dan dalam posisi yang lurus, tidak boleh lemah dan malas. Umar bi khattab pernah melihat orang yang malas berdiri dalam shalatnya, lalu ia berkata : “jangan engkau mematikan agama kami nanti Allah mematiakan engkau1″ pernah ia melihat seseorang yang lain membungkuk dalam shalatnya, mau memperlihatkan demikiana kuhusuknya, lalu Umar berkata : ” angkat kepalamu, karena khusuk itu kepatuhan dalam hati, bukanlah khusuk iyu dengan menundukkan tengkuk”.

Rasulullah SAW sendiri dalam melakukan rukuk  rata posisi punggungnya, sambil bertekan pada kedua kakinya, apabila sujud merenggangkan kedua tangannya dari kedua pahanya, dan apabila turun dari posisi berdiri, ia tidak bertekan pada kedua tangannya.

Demikian ikhwal shalat, ia merupakan gerakan dan amalan, yang mencakup segenap sektor sosok pribadi. Maka, tubuh dalam shalat melakukan pekerjaan mengamati dan memikirkan bacaan yang dibaca atau yang di dengar dari ayat-ayat Al-Quran; sedang hati melakukan melakukan pekerjaan menghadirkan diri di hadapan Allah, dengan penuh rasa tuduk, cinta dan rindu kepada-Nya.

K. Shalat Dan Sektor Kekuatan Rohani

Shalat bila dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki islam akan dapat menumbuhkan pada si pelakunya suatu kekuatan rohani, atau kekuatan batin yang amat berguna bagi yang bersangkutan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dan musibah duniawi. Rasulullah apabila dihadapkan kepada suatu masalah yang berat ia segera melakukan   shalat. Di dalam shalat seorang mukmin dapat mengungkapkan apa yang di kehendaki kepada tuhannya secara langsung, dan dapat mengadukan segala derita dan kesulitan yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan dapat juga mengetuk pintu rahmat-Nya. Sebagaiman firman Allah  dalam (QS. Asy-syura: 28).

Artinya: ” Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal”.

Di dalam shalat seorang mukmin akan merasakan ketenangan, kerelaan dan ketentraman. Karena ssesungguhnya ia memulai shalatnya dengan mengucapkan takbir, di mana ia menyadari sepenuhnya bahwa Allah itu maha Agung. Maha Agung dari apa dan siapa saja yang menguasai dirinya. Kemudia ia membaca Al-fatihah, ia jumpai padanya kesegaran batin dan mendambakan nikmat Allah, yaitu di saaat ia membaca ” Al-hamdu Lillahi Rabbil Alamin Ar-Rahmanirrahim”. Lalu menjumpai kesegaran batin  dalam mendambakan keagungan dan keadilan Alla, di saat ia membaca “Maliki yaumiddin”. Demikian pula akan menjumpai kembali, perasaan adnya hubungan dengan adanya Allah dan mendambakan pertolongan-Nya, di saat ia membaca ” Iyyaka Na’budu Wa iyyaka Nastai’inu”. Akhirnya ia menjumpai perasaan yang penuh optimisme akan adanya bimbingan ke jalan yang lurus dan dijatuhkannya dari jalan yang dimurkai-Nya serta jalan yang lurus dan di jauhkannya dijatuhkannya dari jalan yang sesat, yaitu di saat ia membaca ” Ihdinash Shirathal mustaqim. Sirathal-Ladzina An’amta Alaihim Ghairil Maghdhubi Alaihim waladhallin”.

Jadi tidak mengherankan jika shalat itu memberikan kepada orang mukmin yang mengerjakannya itu,kehidupan yang mantap dan kekuatan batin yang kokoh. Rasuullah SAW lebih jauh menjelaskan puncak pengaruh kejiwaan yang di capai lewat shalt, wudhu dan zikkrullah. Yaitu betapa segar dan semangatny seorang mukmin yang melakukan shalat, dalam kehidupan sehari-harinya. Sebagaiman sabda rasuluulah Saw: ” setan mengikatkan pada uung kepala salah seorang dari kamu di saat tidurnya, tiga ikatan. Dapat dibunyarkan setiap ikatan itu, dengan: Malam panjang menjelang, lalu menjadikannya tertidur. Kemudian di saat ia bangun, lalu mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan. Ketika ia wudhu, terlepaslah ikatan kedua. Kemudian ketika ia shalat terlepaslah ikatan ketiganya. Dengan demikian, ia di waktu pagi –pagi menjadi segar jiwanya dan semangat. Tapi, bila tidak demikian, ia akan menjadu kusut jiwanya dan malas”.(HR. Bukhari).

Di masa kita dewas ini kita jumpai dari kalangan sarjana-sarjana fisik dan biologi, seorang dokter yang mashur, seperti Dr.Kariel. Ia menjelaskan dalam pembahasan tentang kekuatan kejiwaan yang diperoleh seorang mukmin lewat shalat, yaitu; “barangkali shalat itu kekuatan yang paling besar dalam melahirkan semangat daya, yang aku ketahui sampai saat ini. Aku telah jumpai sejumlah dokter gagal dalam pengobatan para pasiennya. Lalu ketika ilmu kedokteran ternyata angkat tangan, lumpuh dan menyerah, dimasukkannya alat sebagai suatu upaya, dan ternyata dapat menyembuhkan para pasien dari penyakit yang dideritanya. Sesungguhnya shalat, bagaikan unsur “Radium”, sumber dari sinar dan melahirkan alat yang membangkitkan day semangat. Dan dengan shalat, manusia dapat berupaya menambah daya semangatnya yang terbatas itu, yaitu ketika meraka berdialog dengan dzat yang maha kuat, yang tidak akan sirna daya semangatnya.

Memang, kita mempautkan jiwa kita di saat melakukan shalat dengan kekuatan yang maha besar, yang menguasai alam semesta ini. Kita mohon kepada-Nya dengan penuh harap, agar berkenan memberi secerah kekuatan dari-Nya, dalam menanggulangi hidup ini. Bahkan sesungguhnya sikap penuh harap kepad-Nya itu sendiri sudah cukup memberi tambahan kekuatan dan daya semangat. Anda tidak akan menjumpai seseorang yang tunduk memohon kepada Allah hanya sekali saja, akan tetapi ia pasti akan berulang kali dengan hasil yang lebih baik.

 

L. Shalat Dan Sektor Pendidikan Mental

Dalam sektor ini shalat mempunyai daya penunjang. Yaitu, penunjang bagi kesuburan mental seorang mukmin. Ia akan mengkokohkan mental seorang mukmin untuk senantiasa berbuat kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Menjauhi kemungkaran memerangi kelesuhan di saat menderita kesulitan dan keangkuhan di saat memperoleh kenikmatan. Shalal akan menanamkan dalam hati,  kesadaran akan adanya kontrol Ilahi, memelihara aturan-Nya, menjaga kedisiplinan waktu, takut akan ancaman dan siksaan-Nya. Sanggup mengalahkan sifat-sifat kemalasan, memperturutkan hawa nafsu dan sifat-sifat kelemahan manusiawi lainnya. Dalam firman Allah dalamsurat(Ma’arij ayat 19-23)

Yang artinya sebagai berikut:

19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

20. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,

21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,

22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,

23. yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,

 

 

 

M. Shalat Jemaah Dan Keistimewaanya

Lebih dari itu semua shalat dalam Islam,  shalat memberikan pendidikan sosial yang terarah dan merupakan sekolah kemanusiaan yang tinggi, dalam sistim yang tiada duanya sepanjang sejarah agama-agama dan bentuk-bentuk peribadahan. Dan tidak ditetapkan sebagai pemberitahuan tanda masuknya waktu shalat itu dengan jalan kentongan yang  ditabuh, terompet yang ditiup atau api yang dinyalakan, sebagai mana yang terjadi pada agama lain yang terdahulu. Akan tetapi dipilihnya untuk itu dengan jalan lain. Jalan yang sesuai dengan keluhuran kedudukan shalat. Yaitu, jalan yang mengandung syair, himbauan dan lagu perjuangan, yang kekuatan kalimatnya menggugah semangat,gayapenyampainnya mantap dan mengandung makna ikrar kebenaran. Itulah yang dikenal dengan adzan. Lagu perjuangan ini yang merupakan panggilan Ilahi mulai bergema pada waktu yang sama, dari mulut para muadzin dari atas tempat mereka azan. Dan sementara itu, segenap kaum muslimin menjawab panggilan tersebut dan mereka berkumpullimakali dalam setiap hari di masjid, yang berada di tempat mereka tinggal.

N. Shalat Dan Sektor Pendidikan Kemiliteran

Dalam melaksanakan shalat jamaah, disanaterkandung pendidikan kemiliteran yang intinya ketaatan dan mengikuti aturan. Sungguh betapa baiknya suatu bangsa yang tumbuh sebagaimana bangsa arab di masa rasulullah, mereka dilatih disiplin menaati perintah, mengikuti peraturan, tunduk pada undang-undang dan menghormati par pemimpinnya. Ini adalah pengaruh yang di hasilkan oleh shalat berjamaah.

Pernahkan Anda menyaksikan suatu aturan yang lebih sepurna dan lebih indah dari aturan shaf-shaf jemaah dalam shalat? Mereka berdiri lurus tidak boleh bengkok dan diberitahukan kepada mereka, bahwa rapinya shaf-shaf adalah termasuk ketentuan menegakkan shalat dan kesempurnaanya, di samping memberi komando yang diajarkan oleh Nabinya ” hendaklah kamu rapatkan jarak, ratakan barisan dan jangan bersimpang siur, karena hal itu menunjukkan berarti hati-hatimu bersimpang siur”. Maka apabila imam bertakbir hendaklah kamupun bertakbir dan apabila ia membaca  hendaklah kamu diam dan apabila ia rukuk hendaklah kamu rukuk dan apabila ia sujud hendaklah kamu sujud, dan apabila salam hendaklah kamupun salam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Shalat

Dinadan,: 23rd May 2008, 13:50 Judul: re: Hafalan Shalat Delisa

Muhammad bin Shalih Al Munajjid Penerbit: Pustaka At-Tibyan Berat: Menyoal


Tinggalkan komentar